Memetik Kesadaran dari Memperhatikan, Ternyata Saya Termasuk Penumpang yang Beruntung Kala Itu
Sumber Gambar: Channel Youtube Ananda Imen |
Saya percaya selalu ada pelajaran yang bisa kita ambil dari suatu perjalanan, baik perjalanan yang jauh maupun dekat.
Bahkan, ketika kita berjalan kaki ke warung aja, saya percaya ada pelajaran di sana, jika kita sungguh-sungguh memperhatikan.
Mulai dari orang yang kita temui selama melangkahkan kaki ke warung, penjaga warung yang mungkin tingkahnya lucu, atau detail-detail tempat yang sebelumnya tidak pernah kita perhatikan.
Saya jadi teringat tentang Sherlock Holmes yang hafal jumlah anak tangga menuju tempat tinggalnya.
John Watson dan koleganya mungkin tidak pernah memperhatikan, tetapi dari kekonyolan Sherlock kita jadi belajar tentang satu hal: memperhatikan.
Dan saat ini saya ingin mempraktekkanya. Saya ingin mencoba memperhatikan. Mencerna apa yang sudah terjadi.
Saya memilih ingatan ketika menaiki bus Budiman menuju Pangandaran beberapa bulan lalu.
Saya ingat bertemu dengan seorang Bapak yang sudah cukup berumur. Ia sendirian saja waktu itu. Tidak ditemani oleh seorang pun. Adakah yang bisa saya perhatikan dari hal ini?
Adakah detail yang terlewat karena sebelumnya kurang memperhatikan?
Sekarang saya memperhatikan. Pikiran saya siap. Jika memang ada kesadaran yang muncul dari ‘memperhatikan’, pasti ia akan datang saat ini juga.
…..
…..
…..
Aha. Ia datang juga.
Saya ingat bapak itu naik bus sendirian menuju Pangandaran karena ingin bekerja di salah satu angkringan yang cukup besar di daerah Parigi.
Mengapa bapak setua itu masih harus bekerja? Dan mengapa harus jauh-jauh ke Pangandaran untuk bekerja di angkringan?
Sepertinya Bapak itu tidak punya pilihan lain. Ini kesadaran pertama.
Selanjutnya, saya ingat beradu pandang sejenak saat bus berhenti di rest area. Saya tersenyum dan menyapa bapak itu, lalu berkata, “Istirahat dulu, pak”.
Bapak itu balas tersenyum dan berkata, “itu apa?” sambil menunjuk lengkeng yang saya bawa. Lengkeng yang saya beli karena ada penjual yang kelewat pinter waktu itu.
Belum sempat mengiyakan tawaran, si penjual sudah meletakkan dua sampai tiga kotak lengkeng di genggaman saya. Lalu berkata, kira-kira saya mau beli dua atau tiga?
Sambil sedikit bercanda dengan saya. Ini juga kesadaran dari memperhatikan.
Sepertinya yang dilakukan penjual itu adalah sebuah trik berjualan. Dalam berjualan jangan tanya mau beli berapa? tapi langsung tembak mau beli dua atau tiga, tiga atau empat, atau mau borong sekalian?
Sambil diselingi dengan keramahan yang bikin rileks calon pembeli. Ini kesadaran kedua.
Okey, sekarang kita kembali ke bapak yang tadi. Saya jawab ini lengkeng lalu memberikan satu kotak ke bapak tersebut.
Saya memberikannya karena akhirnya tahu kalau si bapak tidak membawa makanan apa pun selama perjalanan. Dia ingin minta sedikit makanan yang saya bawa, tetapi sungkan.
Akhirnya ia meminta dengan cara bertanya.
Kemudian, saya juga ingat ketika saya mengajak si bapak minum kopi di rest area berikutnya. Saya tanya, bapak merokok gak?
Si bapak menjawab, ngerokok, tapi uangnya hanya cukup untuk ongkos perjalanan. Tarif bus Budiman dari Tangerang ke Pangandaran itu 190 ribu, sementara si bapak bawa uang cuman 200 ribu.
Akhirnya saya berbagi rokok juga dengan si bapak. Kopinya juga sekalian saya bayarin. Ini kesadaran ketiga.
Wow, dari ‘memperhatikan’ pengalaman bertemu bapak tersebut waktu itu, saya mendapatkan tiga kesadaran berharga saat ini.
Saya jadi penasaran, bagaimana jika saya ‘memperhatikan’ detail-detail lainnya selama di perjalanan waktu itu? Apakah ada kesadaran lain yang saya dapat?
Dan lebih dari itu, sekarang saya juga sadar. Ternyata saya adalah penumpang yang cukup beruntung kala itu.
Posting Komentar untuk "Memetik Kesadaran dari Memperhatikan, Ternyata Saya Termasuk Penumpang yang Beruntung Kala Itu"
Posting Komentar