Mengenal Premeditatio Malorum dan Manfaatnya

Mengenal Premeditatio Malorum dan Manfaatnya
Sumber Gambar: Esquire.com

Di pagi yang cerah ini, saya membuka email dan menulis catatan untuk suatu keperluan. Lalu, tiba-tiba terlintas tentang Premeditatio Malorum yang pernah saya pelajari dari Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring.

Filosofi Teras adalah buku tentang Stoikisme yang dikemas dengan pembahasan yang ringan dan relate dengan anak-anak muda zaman sekarang.

Nah, biar gak ada perasaan “ganjel”, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskannya di sini. Kamu juga pasti pernah merasakannya juga kan? Kayak ada perasaan yang nggak terungkapkan kalau gak dituliskan? Hehehehe.

Mengenal Premeditatio Malorum

Sebenarnya, apa itu Premeditatio Malorum? Premeditatio Malorum adalah istilah Yunani-Romawi Kuno yang artinya berlatih menderita. Istilah ini sangat populer di kalangan penganut stoikisme yang meyakini bahwa ada banyak hal dalam hidup yang di luar kendali kita.

Sehingga, perlu mempersiapkan diri untuk skenario terburuk.

Dengan melatih diri untuk menderita (dalam artian yang wajar, ya), harapannya saat musibah yang ditakutkan datang menimpa, kita sudah siap menanggulanginya.

Sebagai contoh, filsuf Seneca yang merupakan seorang yang kaya, melatih dirinya dengan menanggalkan pakaiannya yang mewah. Lalu menggantinya dengan pakaian yang kumuh dan lusuh. Ia melakukan ini dua kali dalam setahun.

Selain menanggalkan pakaian yang mewah, ia juga tidur di jalanan, memakan roti yang keras, dan minum dari tempat minum hewan peliharaan.

Tentu kita tidak perlu seekstrem itu 😀 tapi yang perlu kita ambil esensinya adalah, melatih diri untuk skenario terburuk.

Jika suatu saat "Dewi Keberuntungan" tidak berpihak kepada kita, kita sudah terlatih untuk menghadapinya. Layaknya tentara yang berlatih di masa-masa damai. Pada saat terjadi perang betulan, mereka sudah siap segalanya. Baik secara fisik dan mental.

Manfaat Premeditatio Malorum

Tentu saja ada banyak sekali manfaat dari melatih diri untuk menderita. Salah satunya adalah tidak terlalu melekat dengan harta benda dan kondisi baik yang ada saat ini. Kita jadi sadar betul bahwa tidak ada yang permanen dalam hidup ini.

William Irvine dalam bukunya A Guide To Good Life menulis tiga manfaat dari “latihan menderita” ini. 

Pertama, melatih diri menjadi lebih tangguh. Seperti halnya tentara yang bermanuver di masa damai, mereka akan lebih tangguh pada masa-masa sulit.

Kedua, membentuk rasa percaya diri. Saat kita menyadari bahwa kita cukup kuat untuk menanggung latihan-latihan ini, perlahan kita menjadi lebih pede.

Ketiga, melawan fenomena hedonic adaption atau adaptasi kenikmatan. Fenomena ini adalah kondisi di mana hal-hal duniawi menjadi berkurang kenikmatannya seiring berjalannya waktu. Dengan mempraktikkan premeditatio malorum, kita memberi "jarak" dengan hal-hal itu sehingga dapat kembali mensyukurinya.


Nah, itulah kira-kira definisi premeditatio malorum dan manfaatnya. Sekarang jadi gak ganjel lagi deh *loh *malah fokus ke diri sendiri.

Anyway, kalau kamu tertarik mendalami lagi tentang Stoikisme, kamu bisa baca buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, ya. Atau Setiap Hari Stoik tulisan Ryan Holiday.

Beli bukunya di Gramedia Digital.

Kalo gak suka baca dan prefer podcast, bisa juga kok install aplikasi Inspigo buat dengerin resume buku Daily Stoic itu. Pake kode referral hgvzp biar bisa sama-sama dapet bonus 14 hari premium.



Posting Komentar untuk "Mengenal Premeditatio Malorum dan Manfaatnya"